Rukanto Pawang Tikus Temanggung |
Atas keahliannya membasmi tikus tersebut, dia seringkali dimintai tolong kalangan petani di luar daerah. Kerusakan tanaman yang ditimbulkan akibat serangan amat dahsyat dan sangat merugikan para petani. Tidak sedikit akibat serangan tikus, maka petani gagal panen dan rugi hingga ratusan juta rupiah. Oleh rasa prihatin terhadap gencarnya serangan tikus itu, dia bersama kelompok memburu tikus-tikus di persawahan.
Rukan, demikian panggilan akrabnya mengatakan, sebagai pawang tikus dimulai sekitar tahun 1990-an yang saat itu memang banyak tikus yang menyerang tanaman warga. Sebelumnya, dia bersama kelompoknya seringkali mencari kodok (katak) maupun belut dengan cara "ngobor". Istilah tersebut dipakai karena saat mencari belut maupun katak menggunakan obor, yakni lampu petromaks serta alat pemukul.
Kala itu setiap kali ngobor bisa mendapatkan belut hingga belasan kilo dalam semalam saja. Prihatin atas serangan tikus itu, maka ia menantang pada anggota kelompoknya untuk menangkap tikus dengan cara ngobor tadi. "Selama ini kita bisa nangkap belum dan kodok (katak), masak kita tak bisa nangkap tikus ?", demikian tantang Rukan pada kelompoknya
Akhirnya, ia memutuskan untuk menghentikan mencari belut dan beralih memburu tikus dengan cara sama, yakni ngobor. Karena menggunakan lampu, maka pencarian tikus tersebut dilakukan pada malam hari. Biasanya memulai pencarian bakda Isya atau sekitar pukul 20.00. Satu kelompok pencarian biasanya terdiri dari 50 orang hingga 100 orang.
Ia mengaku, pernah dalam semalam mampu mendapatkan tikus sebanyak 25.000 ekor. Untuk bisa mendapatkan ribuan tikus itu, terlebih dulu mengenal lobang aktif atau tempat persembunyian tikus. Karena terbiasa mencari belut dan katak, naka ia hafal antara lobang tikus, belut ataupun katak. Jadi, tidak sembarang melakukan ngobor karena harus tahu
tempat persembunyiannya.
Saat ngobor tikus, setiap satu petromaks digunakan untuk dua orang. Biasanya, begitu ada sorotan lampu yang disertai suara 'ngosos' dari petromaks, tikus itu akan keluar lobang meski dalam jarak 2-3 meter. Begitu tikus keluar lobang langsung siburu dan dipukul menggunakan pentung. Atas kemahirannya membasmi tikus itu sekitar tahun 2011 pernah pula disambangi petani dari daerah Purwokerto, Banyumas.
Untuk membasmi tikus di luar daerah Temanggung tersebut, Rukanto bersama kelompoknya menggunakan ongkos pribadi. Ongkos itu diperoleh kembali, setelah ia dan kelompoknya berhasil memburu tikus. "Banyak-sedikit ongkos yang diterima tergantung dari hasil buruannya. Jika mendapatkan tikus banyak, uang yang diperoleh bisa banyak. Sebaliknya jika hasil buruannya sedikit, maka uang yang akan diterima juga sedikit," paparnya.
Sebab, setiap satu ekor tikus biasanya dihargai antara Rp 1.500 hingga Rp 2.000. Hasil memburu tikus di luar daerah itu terkadang bisa berlangsung selama beberapa hari, sehingga ia dan kelompoknya seringkali diinapkan di rumah-rumah warga desa, ataupun di balai desa setempat. Untuk makan biasanya juga ditanggung oleh para warga.
Sumber : krjogja.com
Posting Komentar Blogger Facebook