Ilustrasi : Penampung Air |
Fasiun, 30, warga Dusun Kedopokan, Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan. Menuturkan setiap kali ada dropping air harus mengantrekan ember dan jerigen. Lalu diisi satu persatu, jadi banyak yang terbuang. Oleh karena itu, jika ada tampungannya akan lebih mudah, dan nanti dibagi sendiri airnya. Ia mengatakan, dari pantauan yang ia lakukan, sejumlah desa lain yang terdampak kekeringan telah mendapatkan bantuan tampungan air seperti di Tepusen (Kaloran) Caruban dan Wadas (Kandangan).
Ia mengatakan, seharusnya pemerintah memberikan sumbangan tampungan air agar distribusi lebih mudah. Dengan adanya tampungan, maka warga dengan sendirinya mengantrekan air pada tampungan sehingga air dropping terdistribusikan dengan merata. Kalau pakai jerigen dan ember, banyak yang mengantre sampai 10 jerigen, lalu ada yang Cuma dapat satu jerigen, tidak merata dapatnya. Kalau ada tampungan kami sendiri yang membagi supaya dapatnya merata.
Sementara itu, peta kekeringan yang disusun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung menunjukkan wilayah kekeringan di daerah penghasil tembakau ini semakin meluas dari data awal. Kasi Penanganan Darurat dan Logistik, BPBD Kabupaten Temanggung, Eko Suprapto, mengatakan, kalau sebelumnya baru empat desa yang mengajukan bantuan air bersih, saat ini bertambah menjadi delapan desa.
Ia menyebutkan, empat desa baru yang mengajukan bantuan air bersih tersebut, yakni Desa Kemiri dan Tepusen di Kecamatan Kaloran, Desa Wadas Kecamatan Kandangan, dan Desa Pagergunung Kecamatan Pringsurat. Hingga sekarang baru tiga kecamatan yang mengajukan bantuan air bersih, sedangkan tiga kecamatan lain yang juga rawan krisis air bersih, yakni Bejen, Candiroto, dan Bulu belum mengajukan bantuan.
Sumber : temanggungkab.go.id
Posting Komentar Blogger Facebook