Budidaya Ulat Hongkong Sumber Foto : krjogja.com |
“Sebelum memulai budidaya, saya banyak bertanya dahulu dengan yang sudah pengalaman dan membaca banyak info di internet,” ungkap Sapto, Rabu (30/4/2014) sore.
Langkah selanjutnya menyediakan kotak ukuran 60 x 120 cm dan tinggi 7 cm. Bahan kotak terbuat dari triplek. Setelah itu membeli indukan ulat hongkong, dengan umur antara tiga sampai empat bulan dengan jumlah total 40 kg. Ulat sudah dewasa seperti ini gerakannya cukup lincah. Satu kotaknya dapat diisi rata-rata empat kilogram induk ulat hongkong.
“Dari induk ulat hongkong ini nantinya bisa menjadi larva atau kepompong dan akhirnya menjadi kumbang ukuran kecil. Kumbang menghasilkan telur dan dalam waktu satu minggu telur menetas menjadi ulat hongkong,” jelasnya.
Dari telur menetas, sebut Sapto, ditunggu sekitar 40 hari sudah bisa memanen ulat hongkong. Saat harga bagus seperti sekarang ini, dapat laku Rp 45.000/kg. Kalau dijual sudah lebih besar atau umur sekitar 60 hari harga jual malah lebih rendah menjadi sekitar 35.000/kg. Ia lebih senang menjual yang umur 40 hari terutama ke para pengecer di Pasar Muntilan. Dari 900 kotak tempat membudidayakan ulat hongkong, setiap pasaran Pon dan Kliwon rata-rata mampu memanen 80 kg ulat hongkong per minggu.
Ditambahkan, polar atau limbah gandum yang disebarkan di dasar kotak dapat digunakan sebagai sarang saat bertelur sekaligus makanan ulat hongkong. Polar bisa juga diganti bekatul. Harga polar saat ini Rp 150.000/karung. Untuk minumannya bukan berwujud air tapi bisa memanfaatkan seperti labu, gedebok pisang dan pepaya.
“Air yang terkandung di bahan-bahan seperti ini dijadikan minuman untuk ulat hongkong,” tandasnya.
Posting Komentar Blogger Facebook